London – Kemajuan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan telah membawa kita pada titik di mana kemampuan membaca pikiran manusia menjadi mungkin. Namun, perkembangan ini juga mengancam hak privasi dan kerahasiaan pikiran individu, dengan potensi untuk memantau dan bahkan melakukan peretasan elektronik terhadap pemikiran seseorang.
Peringatan mengenai ancaman ini diungkapkan oleh Badan Pengawas Data Inggris, yang mencatat adanya upaya untuk memungkinkan perusahaan menggunakan teknologi pembacaan otak dalam pemantauan dan perekrutan karyawan, dengan potensi pelanggaran yang serius jika digunakan secara tidak benar. Namun, apakah hal ini benar-benar mungkin terjadi dalam waktu dekat?
Dr. Ahmad Rizlan, seorang profesor bedah saraf dan bedah otak fungsional dari Universitas Oregon di Amerika Serikat, menjelaskan kepada “Sky News Arabia” tentang tingkat kemajuan teknologi dalam membaca pikiran manusia dan penggunaannya saat ini, serta apa yang mungkin tercapai di masa depan.
Saat ini, kita dapat memprediksi konten pikiran seseorang melalui analisis gelombang yang dihasilkan oleh otak, meskipun tidak secara spesifik. Misalnya, kita dapat memprediksi bahwa seseorang ingin makan, tetapi tidak mungkin untuk memprediksi apa yang sebenarnya ingin mereka makan. Selain itu, kita juga dapat memprediksi ketika seseorang sedang memikirkan masa lalu atau saat mereka menggerakkan lengan mereka, tetapi semua ini memerlukan pemasangan sensor di permukaan tengkorak atau bahkan di dalam otak itu sendiri.
Sensor-sensor ini harus memiliki koneksi yang kuat dengan otak untuk dapat membaca pikiran dengan akurat. Saat ini, kita juga dapat memprediksi perilaku seseorang, bukan melalui membaca pikiran dan gelombang otak, tetapi melalui perilaku yang teramati, seperti yang dilakukan oleh perusahaan yang menganalisis perilaku pengguna di internet untuk mengetahui produk yang paling cocok bagi mereka.
Dalam otak, terdapat sekitar 2 miliar sel dan sejumlah besar koneksi saraf yang disebut “sinapsis”, yang jumlahnya jauh melebihi jumlah sel saraf itu sendiri. Saat ini, membaca semua aktivitas listrik dan aktivitas yang tercatat di seluruh sel otak masih merupakan hal yang mustahil. Tentu saja, kita dapat membaca beberapa aktivitas listrik dari beberapa lokasi, yang membantu dalam memprediksi konten pikiran, tetapi ini melibatkan penanaman perangkat di dalam otak, dan hingga saat ini, penanaman perangkat tersebut hanya dilakukan untuk tujuan pengobatan masalah kesehatan, bukan untuk membaca pikiran seseorang.
Semua hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan mengubah perilaku melalui rangsangan listrik di otak. Jawabannya adalah ya, hal itu memungkinkan, tetapi hanya dalam kasus penyakit yang sulit diobati untuk mengubah perilaku yang tidak normal. Misalnya, implantasi alat untuk pasien yang menderita gangguan obsesif-kompulsif untuk mengubah sensasi keinginan melakukan sesuatu, tetapi perubahan ini bukanlah perubahan langsung terhadap kehendak bebas.
- AMPUH Jenguk Kaum Ibu Khalwat Pondok Gang Raya PadangsidimpuanĀ - Agustus 14, 2024
- AMPUH Akan Demo Kabag PBJ Setda Kota PadangsidimpuanĀ - Juli 24, 2024
- Diduga Kadis Dukcapil Padangsidimpuan Bak ” Preman” - Juli 9, 2024